Sistem Transformasi koordinat dan Sistem Proyeksi Peta
Transformasi secara umum adalah perubahan suatu bentuk dan ukuran ke bentuk ukuran lain, baik secaara fisik maupun non-fisik.
Yang akan dibahas dengan lebih lanjut adalah transformasi berupa perubahan non-fisik, mengingat yang tengah di pelajari adalah gambaran teknik dari obyek permukaan bumi yang di titik beratkan pada masalah posisi.Dengan demikian, transformasi ditekankan pada Koordinat titik.
Sebagi penerapan pengertian diatas , Maka transformasi yang dimaksudkan adalah perubahan koordinat obyek dari suatu system koordinat lain.
Jenis- jenis sistem Koordinat
1. sistem Koordinat 2 Dimensi
2. sistem Koordinat 3 Dimensi
Proyeksi Peta
Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta.
Bentuk bumi bukanlah bola tetapi lebih menyerupai ellips 3 dimensi atau ellipsoid. Istilah ini sinonim dengan istilah spheroid yang digunakan untuk menyatakan bentuk bumi. Karena bumi tidak uniform, maka digunakan istilah geoid untuk menyatakan bentuk bumi yang menyerupai ellipsoid tetapi dengan bentuk muka yang sangat tidak beraturan.
Untuk menghindari kompleksitas model matematik geoid, maka dipilih model ellipsoid terbaik pada daerah pemetaan, yaitu yang penyimpangannya terkecil terhadap geoid. WGS-84 (World Geodetic System) dan GRS-1980 (Geodetic Reference System) adalah ellipsoid terbaik untuk keseluruhan geoid. Penyimpangan terbesar antara geoid dengan ellipsoid WGS-84 adalah 60 m di atas dan 100 m di bawahnya. Bila ukuran sumbu panjangellipsoid WGS-84 adalah 6.378.137 m dengan kegepengan 1/298.257, maka rasio penyimpangan terbesar ini adalah 1/100.000. Indonesia, seperti halnya negara lainnya, menggunakan ukuran ellipsoid ini untuk pengukuran dan pemetaan di Indonesia. WGS-84 “diatur, diimpitkan” sedemikian rupa diperoleh penyimpangan terkecil di kawasan Nusantara RI. Titik impit
WGS-84 dengan geoid di Indonesia dikenal sebagai datum Padang (datum geodesi relatif) yang digunakan sebagai titik reference dalam pemetaan nasional. Sebelumnya juga dikenal datum Genuk di daerah sekitar Semarang. Untuk pemetaan yang dibuat Belanda, menggunakan ER yang sama yaitu WGS-84. Sejak 1995 pemetaan nasional di Indonesia menggunakan datum geodesi absolut DGN-
95. Dalam sistem datum absolut ini, pusat ER berimpit dengan pusat masa bumi. Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi tersebut dengan:
• Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian-bagian yang tidak terlalu luas, dan
• Menggunakan bidang peta berupa bidang datar atau bidang yang dapat didatarkan tanpa mengalami distorsi seperti bidang kerucut dan bidang silinder.
Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk:
• Menyatakan posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang nantinya bisa digunakan untuk perhitungan jarak dan arah antar titik.
• Menyajikan secara grafis titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar yang selanjutnya bisa digunakan untuk membantu studi dan pengambilan keputusan berkaitan dengan topografi, iklim, vegetasi, hunian dan lain-lainnya yang umumnya
berkaitan dengan ruang yang luas.
Cara proyeksi peta bisa dipilih sebagai:
• Proyeksi langsung (direct projection): yaitu dari ellipsoid langsung ke bidang proyeksi.
• Proyeksi tidak langsung (double projection): yaitu proyeksi yang dilakukan menggunakan “bidang” antara, ellipsoid ke bola dan dari bola ke bidang proyeksi.
Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada:
• Ciri-ciri tertentu atau asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan tujuan pembuatan / pemakaian peta.
• Ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan.
• Letak daerah yang akan dipetakan.